Search This Blog

Translate

Hasil Quick Count Pilkada Kabupaten Magelang 2013

Hasil Quick Count Pilkada Kabupaten Magelang 2013


  1. Susilo-Mujadin yang diusung PAN dan DPP 
  2. Rohadi Pratoto-Muhamad Achadi (PKS Partai Golkar dan PKB) 
  3. Handoko-Eko Purnomo (perseorangan)
  4. Zaenal Arifin-Zaenal Arifin (PDI Perjuangan)
  5. Ahmad Majidun-Sad Priyo Putro (Partai Demokrat, Hanura, PPRN)
  6. Arwan-Haiban Majid (Partai Gerindra-PKNU)


Pasangan Zamzam Unggul Sementara Pilkada Magelang

Magelang, Antara Jateng - Perolehan suara pasangan Calon Bupati dengan Wakil Bupati Magelang yang diusung PDI Perjuangan, Zaenal Arifin-M. Zaenal Arifin (Zamzam) dari penghitungan cepat KPU Kabupaten Magelang, Minggu, unggul sementara dengan meraih 87.257 suara. 



Perolehan suara tersebut diraih di 1.026 TPS di antara 1.692 TPS yang akan dijadikan sampel pada penghitungan cepat KPU Kabupaten Magelang.

Urutan kedua diraih pasangan nomor urut 2, Rohadi Pratoto-Muhamad Achadi yang diusung koalisi PKB, Partai Golkar, dan PKS dengan meraih 82.262 suara.

Urutan ketiga diraih pasangan nomor 1, Susilo-Mujadin yang diusung PAN dan PPP dengan mendapat 35.654 suara. Urutan keempat diduduki pasangan nomor 6 Arwan-Haiban Hajid yang diusung koalisi PKNU dan Partai Gerindra, dengan meraih 20.509 suara.

Selanjutnya di urutan kelima diraih pasangan nomor urut 5, Ahmad Majidun-Sad Priyo Putro yang diusung Partai Demokrat, PPRN, Partai Hanura, dan PBB dengan meraih 16.923 suara. Urutan terakhir diduduki pasangan berasal dari jalur perseorangan, Handoko-Eko Purnomo, dengan meraih 9.778 suara.

Ketua KPU Kabupaten Magelang Ma'mun Rakhmatullah mengatakan penghitungan cepat itu hanya mencakup data 1.692 TPS masuk atau 70 persen dari total 2.417 TPS.

"Hasil penghitungan cepat ini tidak menjadi dasar penetapan calon, hanya sebagai gambaran umum perolehan suara," katanya.

sumber : Antara jateng

Sejarah dan Hari Jadi 
 Hari Jadi Kota Magelang ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah Kota Magelang Nomor 6 Tahun 1989, bahwa tanggal 11 April 907 Masehi merupakan hari jadi. Penetapan ini merupakan tindak lanjut dari seminar dan diskusi yang dilaksanakan oleh Panitia Peneliti Hari Jadi Kota Magelang bekerjasama dengan Universitas Tidar Magelang dengan dibantu pakar sejarah dan arkeologi Universitas Gajah Mada, Drs.MM. Soekarto Kartoatmodjo, dengan dilengkapi berbagai penelitian di Museum Nasional maupun Museum Radya Pustaka-Surakarta. Kota Magelang mengawali sejarahnya sebagai desa perdikan Mantyasih, yang saat ini dikenal dengan Kampung Meteseh di Kelurahan Magelang. Di kampung Meteseh saat ini terdapat sebuah lumpang batu yang diyakini sebagai tempat upacara penetapan Sima atau Perdikan. Untuk menelusuri kembali sejarah Kota Magelang, sumber prasasti yang digunakan adalah prasasti Poh, prasasti Gilikan dan prasasti Mantyasih. Ketiganya merupakan prasasti yang ditulis di atas lempengan tembaga. Parsasti POH dan Mantyasih ditulis zaman Mataram Hindu saat pemerintahan Raja Rake Watukura Dyah Balitung (898-910 M), dalam prasasti ini disebut-sebut adanya Desa Mantyasih dan nama Desa Glangglang. Mantyasih inilah yang kemudian berubah menjadi Meteseh, sedangkan Glangglang berubah menjadi Magelang. Dalam Prasasti Mantyasih berisi antara lain, penyebutan nama Raja Rake Watukura Dyah Balitung, serta penyebutan angka 829 Çaka bulan Çaitra tanggal 11 Paro-Gelap Paringkelan Tungle, Pasaran Umanis hari Senais Sçara atau Sabtu, dengan kata lain Hari Sabtu Legi tanggal 11 April 907. Dalam Prasasti ini disebut pula Desa Mantyasih yang ditetapkan oleh Sri Maharaja Rake Watukura Dyah Balitung sebagai Desa Perdikan atau daerah bebas pajak yang dipimpin oleh pejabat patih. Juga disebut-sebut Gunung Susundara dan Wukir Sumbing yang kini dikenal dengan Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing. Begitulah Magelang, yang kemudian berkembang menjadi kota selanjutnya menjadi ibukota Karesidenan Kedu dan juga pernah menjadi ibukota Kabupaten Magelang. Setelah masa kemerdekaan kota ini menjadi kotapraja dan kemudian kotamadya dan di era Reformasi, sejalan dengan pemberian otonomi seluas-luasnya kepada daerah, sebutan kotamadya ditiadakan dan diganti menjadi kota. Ketika Inggris menguasai Magelang pada abad ke 18, dijadikanlah kota ini sebagai pusat pemerintahan setingkat Kabupaten dan diangkatlah Mas Ngabehi Danukromo sebagai Bupati pertama. Bupati ini pulalah yang kemudian merintis berdirinya Kota Magelang dengan membangun Alun - alun, bangunan tempat tinggal Bupati serta sebuah masjid. Dalam perkembangan selanjutnya dipilihlah Magelang sebagai Ibukota Karesidenan Kedu pada tahun 1818. Setelah pemerintah Inggris ditaklukkan oleh Belanda, kedudukan Magelang semakin kuat. Oleh pemerintah Belanda, kota ini dijadikan pusat lalu lintas perekonomian. Selain itu karena letaknya yang strategis, udaranya yang nyaman serta pemandangannya yang indah Magelang kemudian dijadikan Kota Militer: Pemerintah Belanda terus melengkapi sarana dan prasarana perkotaan. Menara air minum dibangun di tengah-tengah kota pada tahun 1918, perusahaan listrik mulai beroperasi tahun 1927, dan jalan-jalan arteri diperkeras dan diaspal.


Hasil Quick Count Pilkada Kabupaten Magelang 2013

0 comments:

Post a Comment

Powered by Blogger.